Teks dan foto oleh : Riyandoko
Seminar International Agroforestri untuk pertama kalinya diselengarakan pada
tanggal 2-3 November 2016 di Hotel Swiss Bel Hotel, Kota Ambon, Provinsi
Maluku. Seminar dengan tema Agroforestri, Pulau Kecil dan Perubahan Iklim ini
diselenggarakan atas kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Pattimura dan
Pemerintah Provinsi Maluku. Seminar dihadiri kurang lebih 200 peserta merupakan
sebuah wadah bertemunya ilmuwan dan akademisi agroforestri untuk meningkatkan
kesadaran akan kesempatan dan tatantangan agroforestri dalam pemanasan global
terutama perannya dalam pengelolaan pulau kecil yang berkelanjutan. Ada empat topik yang dipaparkan dan didiskusikan
yaitu : a). Agroforestri, bentang alam dan ekologi kepulaun kecil; b).
Agroforestri dan perubahan iklim; c). Sosial budaya agroforestri, ekonomi, dan
keberlanjutan ketahanan pangan; d) Agroforestri pesisir dan bakau; e)
pendidikan agroforestri.
Seminar dibuka oleh
Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua dimana dalam sambutannya beliau
menyampaikan bahwa agroforestri merupakan sebuah sistem pengelolaan lahan yang
dapat menjawab kerentanan dari wilayah kepulauan kecil. Dimana eksistensi
agroforestri dapat memperlambat konvensi lahan menjadi pemukiman dan menjaga
keanekaragaman hayati di pulau-pulau kecil yang daya dukungnya terbatas. Dari seminar ini pemerintah provinsi Maluku
berharap agar praktik-praktik agroforestri dapat dilakukan secara ilmiah dan
praktis sehingga mendukung pembangunan yang berkelanjutan di Provinsi Maluku.
Agenda seminar hari
pertama (2 November 2016) adalah sesi pemaparan dan penyajian makalah yang
dibagi dalam sesi pleno dan sesi pararel. Pada sesi pleno menghadirkan empat
pembicara utama dan dua pembicara undangan yang mewakili instansi pemerintah,
lembaga penelitian dan universitas yaitu: a). Direktur Jenderal Pengendalian
Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; b). the World
Agroforestry Centre (ICRAF); c). Pusat Penelitian Kepulauan Pasifik ,
Universitas Kagoshima Jepang; d). Institut Pertanian Bogor; e). Nickum Orchard
Consultancy, Hawai; dan f). Universitas Pattimura Ambon. Sedang pada sesi
pararel para presenter oral dibagi dalam tiga kelompok sesi dengan masing-masing
topik, yaitu : (i). Lanskap dan ekologi agroforestri di wilayah pulau-pulau
kecil; (ii). agroforestri dan perubahan iklim; (iii). Sosial-budaya, ekonomi
agroforestri dan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Pada hari kedua (3
November 2016) peserta seminar mengunjungi salah satu kegiatan agroforestri di
Pulau Ambon, yaitu ke kelompok tani “Kehidupan” di Dusun Erie, Desa Nusaniwe. Kelompok ini merupakan dampingan dari Fakultas
Pertanian Universitas Pattimura dalam budidaya lebah madu (Apis cerana) yang dipelihara di dalam kotak (stup). Ir .J.S.A.
Lamerkabel, MP yang merupakan peneliti dan pendamping kelompok menyatakan bahwa
koloni Apis cerena yang dipelihara di
stup diperoleh dari alam. Hal yang perlu diperhatikan
ketika memindahkan koloni adalah memindahkan ratu lebah ke dalam stup dan
menyiapkan cadangan makanan bagi lebah.
Produk utama dari lebah Apis cerana adalah madu, bee
pollen (serbuk sari), royal jelly
dan propolis. Saat ini produk yang sudah dihasilkan dari kelompok tani “
Kehidupan” adalah madu, yang telah dikemas dan dipasarkan di Pulau Ambon. Yang
menarik dari cara memelihara lebah Apis cerena
yang dilakukan di kelompok adalah dengan menggembala lebah. Menurut Ir.J.S.A. Lamerkabel, MP lebah dapat digembalakan ke kebun
yang diinginkan, untuk mendapatkan madu dengan nektar bunga tertentu, seperti
madu dengan nektar bunga pala.
Pada akhir kegiatan,
Seminar International Agroforestri akan diagendakan secara rutin sebagai wadah
bertemunya peneliti, akademisi di bidang agroforestri untuk meningkatkan
pengetahuan dan berbagi hasil penelitian yang dapat berkontribusi pada
pembangunan dan ilmu pengetahuan.
Komentar
Posting Komentar